Saturday 31 December 2011

Ikhlas Tempat Persinggahan "Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in" ( Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, "Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in)


         Sehubungan dengan tempat persinggahan ikhlas ini Allah telah berfirman di dalam Al-Qur'an.

"Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepad-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" [Al-Bayyinah : 5]

"Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan (membawa) kebenaran.  Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.  Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agamya yang bersih (dari syirik)." [Az-Zumar: 2-3]

"Artinya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya."[All-Mulk : 2]

Al-Fudhail berkata : "Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan paling benar."

Orang-orang bertanya : "Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan paling benar itu?".

Dia menjawab, " Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia tidak diterima.  Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar.  Yang ikhlas ialah yang dikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang  dikerjakan menurut As-Sunnah." Kemudian ia membaca ayat.

"Artinya : Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." [Al-Kahfi :110]

Allah juga berfirman.

"Artinya : Dan sipakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?" [An-Nisa' :125]

Menyerahkan diri kepada Allah artinya memurnikan tujuan dan amal karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Sunnah beliau.

Allah juga berfirman.

"Artinya : Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan". [Al-Furqan : 23]

Tuesday 27 December 2011

Hukum Merayakan Tahun Baru



     Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang dianugrahkan oleh Allah kepada para hambaNya adalah nikmat Islam dan hidayah kepada jalanNya yang lurus. Di antara rahmatNya pula, Allah Ta'ala mewajibkan kepada para hambaNya, kaum Mukminin, agar memohon hidayahNya di dalam shalat-shalat mereka. Mereka memohon kepadaNya agar mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus dan mantap di atasnya. Dalam hal ini, Allah Ta'ala telah memberikan spesifikasi jalan (shirath) ini sebagai jalan para Nabi, Ash-Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shalih yang Dia anugrahkan nikmatNya kepada mereka. Jadi, bukan jalan orang-orang yahudi, nashrani dan seluruh orang-orang kafir dan musyrik yang menyimpang darinya.

    Bila hal ini sudah diketahui, maka adalah wajib bagi seorang Muslim untuk mengenal kadar nikmat Allah kepadanya sehingga dengan itu, dia mau bersyukur kepadaNya melalui ucapan, perbuatan dan keyakinan. Dalam pada itu, dia juga akan menjaga nikmat ini dan membentenginya serta melakukan sebab-sebab yang dapat menjaga hilangnnya nikmat tersebut.

Monday 12 December 2011

Kebid'ahan Itu Berbahaya Karena Merusak Hati Dan Jasmani Sedangkan Musuh Islam Hanya Merusak Jasmani


       
 Keadaan Ad Dakhn

Hal ini kamu dapatkan pada petunjuk kenabian yang ada pada hadits Hudzaifah bin Al-Yaman Shallallahu 'alaihi wa sallam , beliau berkata :

"Artinya : Dari Hudzaifah bin Al-Yaman, beliau berkata : orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepadanya tentang keburukan karena takut jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya : 'Wahai Rasulullah kami dahulu berada di zaman jahiliyah dan keburukan, lalu Allah memberikan kami kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan ? Beliau menjawab : 'Ya', Aku bertanya : Dan apakah setelah keburukan itu ada kebaikan .? Beliau menjawab  : 'Ya, dan ada padanya kabut (dakhan). Aku bertanya lagi : Apa kabut (dakhan)nya tersebut.? : Beliau menjawab : Satu kaum yang mengikuti contoh teladan selain sunnahku, dan mengambil petunjuk selain petunjukku, kamu menganggap baik dari mereka dan kamupun mengingkarinya. Aku bertanya lagi : Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan lagi.?. Beliau menjawab : 'Ya, para da'i yang mengajak ke pintu-pintu neraka (Jahannam), barang siapa yang menerima ajakan mereka, niscaya mereka jerumuskan ke dalam neraka'. Aku bertanya lagi : Wahai Rasulullah berilah tahu kami sifat-sifat mereka ?. Beliau menjawab : 'Mereka dari kaum kita dan berbicara dengan bahasa kita'. Aku bertanya lagi : Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya ?. Beliau menjawab : 'Berpegang teguhlah pada jama'ah muslimin dan imamnya'. Aku bertanya lagi : Bagaimana jika tidak ada jamaah maupun imam ? Beliau menjawab : 'Hindarilah semua kelompok-kelompok itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga kematian menjemputmu dalam keadaan seperti itu". [Hadits Shahih Riwayat Bukhari 6/615-616. Fathul Baari, dan Muslim 1847]

Sesungguhnya racun berbahaya yang menghancurkan kekuatan kaum muslimin, melumpuhkan gerakan mereka dan merenggut barokahnya, bukanlah pedang-pedang orang kafir yang berkumpul mengadakan tipu daya terhadap Islam, pemeluknya dan negaranya, akan tetapi dia adalah bakteri penyakit yang keji yang merebak di dalam tubuh Islam yang besar dalam waktu yang sangat lambat akan tetapi terus menerus dan efektif (berdaya guna).

Hal ini menegaskan bahwa penamaan orang-orang Yahudi terhadap negara Islam dengan nama " laki-laki yang sakit (the sickman) " sangat tepat sekali, karena merekalah yang menanamkan bakteri syahwat dan virus syubhat ke dalam tatanan negara Islam, kemudian tumbuh dan berkembang di dalam pemeliharaan dan pembinaan mereka serta meminum air susu mereka sampai tak tersisa.

Beraneka ragam ibarat para pensyarah hadits ini seputar pengertian Ad Dakhan, akan tetapi bertemu pada satu hasil yang sama.

Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah dalam Fathul Baari 13/36.

"Dan (maknanya) adalah hiqd (kedengkian), dan ada yang mengatakan Ad Daghal (penghianatan dan makar), dan ada yang mengatakan : Kerusakan hati, dan ketiga makna ini hampir sama mengisyaratkan bahwa kebaikan yang datang setelah keburukan tersebut tidak murni bahkan telah keruh. Dan ada yang mengatakan : Yang dimaksud dengan Ad Dakhan adalah kabut, dan itu mengisyaratkan kepada keruhnya keadaan. Ada pula yang mengatakan : (maknanya) semua perkara yang tidak disukai. Berkata Abu Ubaid : Maksud hadits ini ditafsirkan oleh hadits yang lain yaitu.

"Artinya : Tidaklah akan kembali hati-hati satu kaum kepada apa yang telah dimilikinya".

Dan asal maknanya adalah keruh yang ada di warna binatang tunggangan, maka seakan-akan maknanya bahwa sebagian hati-hati mereka tidak saling menjernihkan.

Imam An-Nawawi rahimahullah menukilkan dalam syarah Shahih Muslim 12/237-237 perkataan Abu Ubaid ini.

Berkata Al-Baghawi rahimahullah dalam Syarah Sunnah 15/15 dan sabdanya 'wa fiihi dakhanun' bermakna kebaikan tersebut tidak murni bahkan telah ada padanya kekeruhan dan kegelapan, dan asal kata Dakhan adalah kekeruhan yang menuju warna gelap yang ada pada warna bintanga tunggangan.

Al-Adzim Abaadi rahimahullah telah menukilkan dalam Aunul Ma'bud 11/316 perkataan dari Al-Qaari : Dan asal kata Dakhan adalah kekeruhan dan warna yang ke-hitam-hitaman, maka ada padanya satu penunjukkan bahwa kebaikan telah terkeruhkan oleh kerusakan.

Saya (Syaikh Salim Al-Hilali) berkata : Penjelasan-penjelasan ini dapat disimpulkan menjadi dua perkara.

[a] Marhalah (tahapan zaman) ini bukanlah mana kebaikan yang murni, akan tetapi telah tercemari dengan kekeruhan yang mengotori kebaikan yang bersih itu dan menjadikan rasanya asin sekali.

[b] Kekeruhan ini merusak hati-hati orang dan menjadikannya lemah ketika menjalar padanya penyakit umat ini dan tercemari syubhat-syubhat.
Kami di sini tidak ingin memperpanjang waktu dalam setiap penjelasan untuk menjelaskan yang benar dari yang salah, yang selamat dari yang rusak ; karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan beberapa perkara yang penting.

[1]. Kebid'ahan
Sesungguhnya kekeruhan (Ad Dakhan) ini adalah penyimpangan yang terjadi pada manhaj kenabian yang benar yang telah mengantar kepada masa kebaikan yang murni, lalu kabut kekeruhan (Ad Dakhan) ini menyebabkan terjadinya pencemaran syari'at yang telah terang benderang ini (Islam) yang malamnya seperti siangnya, bukanlah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda dalam menafsirkan makna Ad Dakhan sebagaimana telah ada dalam hadits Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu ketika dia menanyakan kepada beiau.

"Artinya : Satu kaum yang mengikuti contoh teladan selain sunnahku, dan mengambil petunjuk selain petunjukku"

Ini merupakan akar penyakit dan sumber bencana, yaitu penyimpangan dari As-Sunnah dalam manhaj dan pemalingan dari contoh teladan kenabian dalam prilaku dan amal.

Berdasarkan hal ini jelaslah bahwa Ad Dakhan yang mengeruhkan kebaikan, mengotori kemurnian serta merubah keindahannya adalah kebid'ahan yang telah bermunculan dari sekte Mu'tazilah, Shufiyah, Jahmiyah, Khawarij, Asyariyah, Murji'ah dan Rafidhah sejak abad-abad timbulnya fitnah, lalu menyebarkan tahrif (penyimpangan), ajaran-ajaran sesat dan ta'wil dalam Islam, sehingga tidak tersisa dari Al-Qur'an kecuali tulisan hurufnya dan dari Islam kecuali namanya serta dari peribadatan kecuali bentuknya (tampak luarnya).

Dari sini jelaslah kebid'ahan itu berbahaya karena dia merusak hati-hati (jiwa) dan jasmani sedangkan musuh-musuh (Islam) hanya merusak jasmani saja. Oleh karena itu telah bersepakat ucapan para As Salaf Ash Shalih tentang kewajiban memerangi Ahlul Bid'ah dan menghijrahinya (memboikotnya).

Setelah menukil ucapan Sufyan Ats Tsauri rahimahullah : Barangsiapa memasang pendengarannya dengan baik kepada Ahlul Bid'ah dalam keadaan mengetahuinya, maka dia telah keluar dari penjagaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan diserahkan kepada dirinya sendiri. Ia juga berkata : Barangsiapa yang mendengarkan suatu kebid'ahan maka janganlah disampaikan kepada para sahabatnya dan janganlah dimasukkan kedalam hati-hati mereka. Sejarawan Islam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata dalam kitabnya yang agung Syiar A'lam Nubala 7/261 : Kebanyakan para Salaf bersepakat terhadap peringatan ini, mereka memandang hati itu lemah dan syubhat itu menyambar-nyambar.

Saya (Syaikh Salim Al-Hilaali) berkata : Sungguh benar dan baik rahimahullah serta telah memberikan nasehat.

Dan dengan itu jadilah umat Islam berada di akhir rombongan manusia, mengikuti setiap gerakan dan menguatlah kebatilan di bumi sedangkan ia sebenarnya sangat lemah. Setiap munafik pun berbicara tentang perkara umat Islam.

Kemudian muncullah generasi-generasi penerus yang mengikuti syahwat dan terjajah oleh syubhat, sehingga penyakit Al Wahn menyerang hati-hati mereka. selanjutnya timbullah pada umat Islam kebodohan dan cinta kehidupan (dunia) sehingga belum dapat kembali ber-amar ma'ruf nahi  mungkar dan berjihad fi sabilillah. Akibatnya, hilanglah posisi sebagai umat terbaik dikarenakan mereka belum menunaikan persyaratan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam hal itu. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim karya Ibnu Katsir 1/339-405]

Diriwayatkan dari Anas bin Malik Subhanahu Wa Ta'ala , beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .

"Artinya : Kalian berada di atas petunjuk Rabb kalian, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan berjihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala , kemudian muncul di dalam hati kalian dua penyakit yang memabukkan, kebodohan dan cinta kehidupan (dunia), lalu kalian berbaik dari sikap kalian dahulu, kalian tidak lagi beramar ma'ruf nahi mungkar dan tidak berjihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Pada saat itu orang yang melaksanakan Al-Qur'an dan As-Sunnah mendapatkan pahala lima puluh orang siddiq. Lalu mereka bertanya : Wahai Rasulullah dari kami atau dari mereka ? Beliau menjawab : Tidak, bahkan dari kalian" [Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam kitabnya Hilyatul Auliya' 8/49 dengan sanad lemah. Saya dahulu menshahihkan sanadnya dalam kitab " Al-Qaulul Mubin fi Jamaatil Muslimin" hal.36 kemudian saya mendapatkan kelemahannya dan saya telah jelaskan dalam kitab saya "Al-Qobiduuna 'Alal Jamar" hal. 21-22. Pada kesempatan ini saya sampaikan lagi untuk melepaskan tanggung jawab saya, semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengampuni kesalahan saya. Ini adalah amant ilmiyah yang saya pegang teguh]


[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaly, terbitan Pustaka Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]       

Saturday 10 December 2011

Kisah betapa lembutnya bid'ah,"bagaikan duri dalam daging"



Dari Amru bin Salamah beliau berkata : Kami duduk-duduk di depan rumah Abdullah bin Mas'ud sebelum Dzuhur lalu jika beliau keluar kami akan berjalan bersamanya ke masjid, lalu datanglah Abu Musa Al-Atsary dan berkata : "Apakah Abu Abdurrahman telah menemui kalian ?"

Kami jawab : Belum.
Lalu beliau duduk bersama kami sampai Abdullah bin Mas'ud keluar, ketika beliau keluar kami semua menemuinya kemudian berkata Abu Musa kepadanya : "Wahai Abu Abdurrahman saya telah melihat di masjid tadi satu hal yang  saya anggap mungkar dan saya tidak memandangnya -Alhamudlillah-kecuali kebaikan.

Beliau bertanya : "Apa itu ?"

Dijawab : "Jika engkau hidup niscaya akan melihatnya, aku telah melihat di masjid suatu kaum berhalaqah, duduk-duduk menanti shalat pada setiap halaqah ada seorang yang memimpin dan ditangan-tangan mereka ada batu kerikil, lalu berkata (yang memimpin) : "Bertakbirlah seratus kali dan mereka bertakbir seratus kali dan berkata " "bertasbihlah seratus kali dan mereka bertasbih seratus kali".

Berkata Abdullah bin Mas'ud : "Apa yang engkau katakan kepada mereka"
Abu Musa menjawab : "Saya tidak mengatakan sesuatupun pada mereka menunggu perintahmu.

Berkata Abdullah bin Mas'ud : "Mengapa tidak kamu perintahkan mereka untuk menghitung kejelekan mereka[1] dan aku menjamin mereka tidak ada kebaikan mereka  yang disia-siakan".

Kemudian beliau berjalan dan kami berjalan bersamanya sampai beliau mendatangi satu halaqah dari pada halaqah-halaqah tersebut dan menghadap mereka lalu berkata : "Apa ini yang kalian lakukan ?!"

Mereka menjawab : "Wahai Abu Abdirrahman, batu kerikil yang kami pakai untuk menghitung tahlil dan tasbih".

Berkata Ibnu Mas'ud : "Dan aku menjamin tidak akan ada satupun kebaikan kalian yang tersia-siakan, celakalah kalian wahai umat Muhammad, alangkah cepatnya kebinasaan kalian, mereka sahabat-sahabat nabi masih banyak hidup dan ini pakaiannya belum rusak dan bejananya belum hancur dan demi dzat yang jiwaku di tangannya sesungguhnya kalian berada di atas agama yang lebih baik dari agama Muhammad atau kalian pembuka pintu kesesatan".

Mereka berkata : "Demi Allah wahai Abu Abdurrahman, kami tidak menginginkan kecuali kebaikan, lalu beliau berkata : "Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya ada kaum yang membaca Al-Qur'an tidak melebihi tenggorokkannya [2] dan demi Allah saya rasa tampaknya kebanyakan mereka adalah dari kalian.  

(1).Agar mereka meminta ampunan darinya, karena barangsiapa yang menghitung kejelekannya maka akan mendorongnya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
 (2)Hadits ini memiliki jalan lain dari Abdillah bin Mas'ud dikeluarkan oleh Ahmad 1/404 dengan sanad yang baik. Dan demikian juga diriwayatkan dari sejumlah sahabat.

Thursday 8 December 2011

Gerhana Matahari Dan Bulan Dalam Tinjauan Syariat Serta Hukum Dan Cara Shalat Gerhana



Gerhana Matahari Dan Bulan Dalam Tinjauan Syariat Serta Hukum Dan Cara Shalat Gerhana

OLEH:Ust Abdullah Haidir.
Diberitakan bahwa pada Sabtu petang depan (10 Desember) akan terjadi gerhana bulan total (Di Saudi sekita pukul 17.00, sedangkan di Indonesia  antara pukul 18.00  hingga 24.00- Lihat link ini dan link ini). Secara ilmiah proses kejadian alam ini dapat dipelajari dan diketahui. Lalu bagaimana perspektif syariah memandangnya?

Berikut sedikit uraian tentang gerhana matahari atau bulan dalam tinjauan syariat. Semoga bermanfaat.

Istilah

Secara istilah, gerhana matahari dan bulan disebut dengan istilah kusuf (كسوف) atau khusuf (حسوف). Kedua kata tersebut merupakan sinonim yang berarti perubahan pada keduanya dan berkurangnya cahaya padanya. Secara sederhana kita mengartikannya dengan istilah: Gerhana. 

Ada pula yang mengatakan bahwa istilah kusuf untuk matahari sehingga disebut'kusuf asy-syams' (gerhana matahari) sedangkan khusuf untuk bulan, sehingga dikatakan 'khusuf al-qamar' (gerhana bulan).

Hikmah Dibalik Peristiwa Gerhana

Banyak cerita khurafat dan tahayyul beredar di masyarakat seputar terjadinya gerhana. Namun syariat telah menyatakan dengan tegas nilai-nilai yang terkandung dibalik terjadinya peristiwa tersebut. Di antaranya adalah:

1-    Menunjukkan salah satu keagungan dan kekuasaan Allah Ta'ala yang Maha mengatur alam ini.

2-    Untuk menimbulkan rasa gentar di hati setiap hamba atas kebesaran Allah Ta'ala dan azab-Nya bagi siapa yang tidak taat kepada-Nya.

Rasulullah saw bersabda, 

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَصَلُّوا  (رواه البخاري)
"Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya. Akan tetapi keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Jika kalian menyaksikannya, maka hendaklah kalian shalat." (HR. Bukhari)

Dalam redaksi yang lain, Bukhari juga meriwayatkan, 


إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ
"Sesungguhnya matahari dan bulan keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya  tidak gerhana karena kematian seseorang atau karena kehidupannya.. Akan tetapi Allah hendak membuat gentar para hamba-Nya." (HR. Bukhari)

Disamping hal ini juga mengingatkan seseorang dengan kejadian hari kiamat yang salah satu bentuknya adalah terjadinya gerhana dan menyatunya matahari dengan bulan, seperti Allah nyatakan dalam surat Al-Qiyamah: 8-9.

وَخَسَفَ الْقَمَرُ . وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (سورة القيامة)
"Dan apabila bulan telah hilang cahayanya. Dan Matahari dan bulan dikumpulkan." (QS. Al-Qiyamah: 8-9)

Shalat Gerhana

Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan shalat apabila mereka menyaksikan peristiwa gerhana, baik matahari maupun bulan, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits di atas, juga sebagaimana riwayat adanya perbuatan Rasulullah saw tentang hal tsb. 

Para ulama menyimpulkan bahwa hukum shalat gerhana adalah sunah. Imam Nawawi rahimahullah  menyatakan bahwa sunahnya shalat gerhana merupakan ijma ulama (Lihat: Syarah Muslim, 6/451). Ibnu Qudamah dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa shalat gerhana merupakan sunnah  mu'akkadah/sunah yang sangat ditekankan (Al-Mughni, 3/330, Fathul Bari, 2/527). Sebagian ulama bahkan menyatakan kewajiban shalat gerhana, karena Rasulullah saw melaksanakannya dan memerintahkannya. Ibnu Qayim menyatakan bahwa pendapat ini (wajibnya shalat gerhana) merupakan pendapat yang kuat. (Kitab Ash-Shalah, Ibnu Qayim, hal. 15).

Di sisi lain, karena jarang kaum muslimin yang mengenal dan melaksanakan shalat gerhana, maka dengan melakukannya maka dia akan mendapatkan keutamaan orang yang menghidupan sunah.  

Adab Shalat Gerhana

1.    Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana bulan dan matahari. Baik karena peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan. 

2.     Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi saw dalam shalat Kusuf. Diriwayatkan bahwa dalam shalat kusuf, Rasulullah saw diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka. Bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai shalat gerhana, beliau bersabda, 

يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا (متفق عليه)
"Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (Muttafa alaih)

3.    Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah" . Maksunya adalah panggilan untuk melakukan shalat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah saw memerintahkan untuk menyerukan "Ashshalaatu Jaami'ah" (HR. Abu Daud dan Nasa'i)

Tidak ada azan dan iqamah bagi shalat gerhana. Karena azan dan iqamah hanya berlaku pada shalat fardhu yang lima.
4.    Disunahkan mengeraskan bacaan surat, baik shalatnya dilakukan pada siang atau malam hari. Hal tersebut dilakukan Rasulullah saw dalam shalat gerhana (Muttafaq alaih). 

5.    Shalat gerhana sunah dilakukan di masjid secara berjamaah. Rasulullah saw selalu melaksanakannya di masjid sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat. Akan tetapi boleh juga dilakukan seorang diri. (Lihat: Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 3/323)

6.    Wanita boleh ikut shalat berjamaah di belakang barisan laki-laki. Diriwayatkan bahwa Aisyah dan Asma ikut shalat gerhana bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari). 

7.    Disunahkan memanjangkan bacaan surat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw dalam shalat gerhana memanjangkan bacaannya. (Muttafaq alaih). Namun hendaknya tetap mempertimbangkan kemampuan dan kondisi jamaah.

8.    Disunahkan menyampaikan khutbah setelah selesai shalat, berdasarkan perbuatan Nabi saw bahwa beliau setelah selesai shalat naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah (HR. Nasa'i). Sejumlah ulama menguatkan bahwa khutbah yang disampaikan hanya sekali saja, tidak dua kali seperti shalat Jumat. Sebagian ulama menganggap tidak ada sunah khutbah selesai shalat. Akan tetapi petunjuk hadits lebih menguatkan disunahkannya khutbah setelah shalat gerhana. Wallahua'lam. 

9.       Dianjurkan memperbanyak istighfar, berzikir dan berdoa, bertakbir, memedekakan budak, shalat serta berlindung kepada Allah dari azab neraka dan azab kubur.

Tata Cara Shalat Gerhana

Pelaksanaan shalat gerhana agak berbeda dari shalat pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahuinya karena jarang dilaksanakan dan tidak memiliki waktu yang tetap.

Shalat diawali seperti biasa dengan bertakbiratul ihram, lalu membaca doa istiftah, kemudian membaca ta'awwuz (a'uzubillahiminsyaitanirrajim), lalu membaca basmalah, kemudian membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu, membaca surat yang panjang dengan mengeraskan suara. 

Selesai membaca surat, melakukan ruku dengan panjang dan mengulang-ulang bacaan ruku. Selesai ruku bangkit dengan membaca  Sami'allahu liman hamidah, kemudian membaca 'Rabbanaa walakal hamdu. 

Setelah itu tidak sujud seperti shalat lainnya, melainkan membaca surat Al-Fatihah lagi, lalu membaca surat lagi yang berbeda dari sebelumnya. Kemudian ruku kembali dengan lama. Selesai ruku, bangkit kembali dengan membacaSami'allahu liman hamidahrabbanaa walakal hamdu. Selesai I'tidal, bertakbir untuk sujud. Lalu sujud dengan lama selama rukunya. Lalu dia bertakbir bangun dari sujud dan duduk di antara dua sujud dengan lama selama dia melakukan sujud, kemudian bertakbir lagi untuk sujud dengan lama. 

Setelah itu bertakbir untuk bangkit dari sujud dan berdiri untuk rakaat kedua dan melakukan hal yang sama seperti pada rakaat pertama (dua kali membaca Al-Fatihah dan surat, dua kali ruku serta dua kali sujud). 

Setelah itu melakukan tasyahhud dan bersalawat kepada Nabi saw. Kemudian menyudahi shalat dengan salam.
Kesimpulannya, shalat gerhana dalam satu rakaat, ada dua kali berdiri, dua kali membaca Al-Fatihah dan surat, dua kali ruku dan dua kali sujud. 

Cara ini dijelaskan dalam hadits Aisyah radhiallahu anha ketika menjelaskan cara shalat gerhana yang dilakukan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (muttafaq alaih). Dan cara inilah yang paling kuat dari perbedaan pendapat para ulama tentang hal tsb. Wallahua'lam.

Waktu Shalat Gerhana

Waktu shalat gerhana berlaku ketika proses gerhana mulai terjadi hingga gerhana selesai. Jika ketika shalat gerhananya selesai, maka lanjutkan shalat dengan mempercepat shalatnya. Jika selesai shalat gerhana, proses gerhana masih berlangsung, tidak perlu melanjutkan shalat lagi, cukup membaca doa dan istigfhar yang banyak. Jika tidak sempat shalat saat terjadi gerhana, maka tidak disunahkan melakukan qada atasnya.

Wallahu ta'ala A'lam bishshawab...

Friday 2 December 2011

Terapi Rasulullah Dalam Penyembuhan Penyakit Al-Isyq "Cinta"(Zadul Ma'ad,Ibnu Qoyyim Al-Jauzi)


Mukaddimah
Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya? Mari sama-sama kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya besarnya Zadul Ma'ad.

Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan.

Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth

Tuesday 29 November 2011

Derajat Hadits Berbuka Puasa dan Kelemahan Hadits Tentang Keutamaan Puasa


Dibawah ini akan saya turunkan beberapa hadits tentang dzikir atau do'a di waktu berbuka puasa Kemudian akan saya terangkan satu persatu derajatnya sekalian. Maka, apa-apa yang telah saya lemahkan (secara ilmu hadits) tidak boleh dipakai atau diamalkan lagi, dan mana yang telah saya nyatakan syah (shahih atau hasan) bolehlah saudara-saudara amalkan. Kemudian saya iringi dengan tambahan keterangan tentang kelemahan beberapa hadits lemah/dla'if tentang keutamaan puasa yang sering dibacakan di mimbar-mimbar khususnya di bulan Ramadhan.


Hadits Pertama

"Artinya : "Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahumma Laka Shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allahumma Taqabbal Minna Innaka Antas Samiul 'Alim (artinya : Ya Allah ! untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkqi dari-Mu kami berbuka. Ya Allah ! Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui)". [Riwayat : Daruqutni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya 'Amal Yaum wa-Lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu'jamul Kabir]

Sanad hadits ini sangat Lemah/Dloif

Monday 28 November 2011

Orang-orang Yang Mustajab Do'anya


Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk berdoa, padahal boleh jadi seseorang itu tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Maka seharusnya setiap muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia atau akhirat.

Di antara orang-orang yang doanya mustajab.

[1]. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya Dari Tempat Yang Jauh

Dari Abu Darda' bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan". [Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].

Imam An-Nawawi berkata

Waktu-Waktu Yang Mustajabah


Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain.

[1]. Sepertiga Akhir Malam

Friday 25 November 2011

Hiduplah Laksana Pengembara


         
 Arba'in
-Imam An-Nawawi-
Bab: Hiduplah Laksana Seorang Pengembara
عَنْ ابْنِ عُمَرْ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ : كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ . وَكاَنَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ : إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ . [رواه البخاري]
Dari Ibnu UmarJadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar Shallallahu 'alaihi wa sallam ma berkata : "Jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati".
HR. Bukhari
Penjelasan:
Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata bahwa Abu Zinad berkata

Thursday 24 November 2011

HUKUM ULANG TAHUN (oleh Syeikh Ibnu Baaz)


 
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan jangan-lah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)." (Al-A'raf: 3).
Diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , bahwa beliau bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perin-tahkan maka ia tertolak."[1]

Dalam hadits lainnya beliau bersabda,

خَيْرُ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ  a وَشَرُّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
" Sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muammmad Shallallahu 'alaihi wa sallam , seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat." [2]
Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna.
Di samping perayaan-perayaan ini termasuk bid'ah yang tidak ada asalnya dalam syari'at, juga mengandung tasyabbuh (menyerupai) kaum Yahudi dan Nashrani yang biasa menyelenggarakan peringatan hari kelahiran, sementara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan agar tidak meniru dan mengikuti cara mereka, seba-gaimana sabda beliau,

لَتَتَّبِعَنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضُبٍّ تَبَعْتُمُوْهُمْقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَىقَالَ فَمَنْ
"Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal dengan sejengkal dan sehasta dengan sehasta, sampai-sampai, seandainya mereka masuk ke dalam sarang biawak pun kalian mengikuti mereka." Kami katakan, "Ya Rasulullah, itu kaum Yahudi dan Nashrani?" Beliau berkata, "Siapa lagi."[3]

 Makna 'siapa lagi' artinya mereka itulah yang dimaksud dalam perkataan ini. Kemudian dari itu, dalam hadits lain beliau bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk golongan mereka."[4]

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna.
Semoga Allah menunjukkan kita semua kepada yang diridhai-Nya.
 
Sumber:
Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutannawi'ah, juz 4, hal. 283, Syaikh Ibnu Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
[1] Dikeluarkan oleh Muslim dalam Al-Aqdhiyah (18-1718). Al-Bukhari menganggapnya mu'allaq dalam Al-Buyu' dan Al-I'tisham.
[2] Dikeluarkan oleh Muslim dalam Al-Jumu'ah (867).
[3] Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim: Al-Bukhari dalam Ahaditsul Anbiya' (3456). Muslim dalam Al-'Ilm (2669).
[4] Ahmad (5094, 5634). Abu Dawud (4031).       

Monday 21 November 2011

Hadits Tentang Qunut Shubuh






SEMUA HADITS TENTANG QUNUT SHUBUH TERUS-MENERUS ADALAH LEMAH

Oleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian 1 dari 6 tulisan


MUQADDIMAH
Masalah qunut Shubuh terus-menerus adalah masalah yang sudah lama dan sudah sering dibicarakan orang, sejak dari zaman tabi’in sampai kini masalah ini masih saja ramai diperbincangkan oleh para ulama, ustadz, kyai dan orang-orang awam.

Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa qunut Shubuh itu sunnah, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa qunut itu bagian dari shalat, apabila tidak diker-jakan, maka shalatnya tidak sempurna, bahkan mereka katakan harus sujud sahwi.

Ada pula yang berpendapat bahwa qunut Shubuh itu tidak boleh dikerjakan, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa qunut Shubuh itu bid’ah. Masalah-masalah ini selalu dimuat di kitab-kitab fiqih dari sejak dahulu sampai hari ini.

Oleh karena itu, saya tertarik untuk membawakan hadits-hadits yang dijadikan dasar pegangan bagi mereka yang berpendapat qunut Shubuh itu sunnah atau bagian dari shalat, setelah saya bawakan pendapat para ulama-ulama yang melemahkannya dan keterangan dari para Shahabat ridhwanullahu ‘alaihim jami’an tentang masalah ini.

Sebelumnya, saya terangkan terlebih dahulu beberapa kaidah yang telah disepakati oleh para ulama:

[1]. Masalah ibadah, hak tasyri’ adalah hak Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[2]. Pokok dasar dalam pelaksanaan syari’at Islam adalah al-Qur-an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sah, menurut pemahaman para Shahabat radhi-yallahu ‘anhum.
[3]. Hadits-hadits dha’if tidak boleh dipakai untuk masalah ibadah atau untuk fadhaa-ilul a’maal, dan ini meru-pakan pendapat yang terkuat dari para ulama.
[4]. Pendapat para ulama dan Imam Madzhab hanyalah sekedar penguat dari nash-nash yang sudah sah, dan bukannya menjadi pokok.
[5]. Banyaknya manusia yang melakukan suatu amalan bukanlah sebagai ukuran kebenaran, maksudnya: Jangan menjadikan banyaknya orang sebagai standar kebenaran, karena ukuran kebenaran adalah al-Qur-an dan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sah.

Di dalam al-Qur-an Allah berfirman:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah ber-dusta (terhadap Allah).” [Al-An’aam: 116]

Hadits-Hadits POPULER yang DHOIF






1 أَبْغَضُ الْحَلاَلِ إِلَى اللهِ الطَّلاَقِ
Barang halal yang paling dibenci Allah adalah talaq (perceraian).

Hadis ini dla’if (lemah), al-Ilal al-Mutanahiyah.
... Ibnu al-Jauzi, 2:1056; adz-Dzakhirah,1:23

اتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ 2
Berhati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.

Hadis ini dla’if.
Tanzih asy-Syari’ah, al-Kanani, 2:305; al-Maudlu’at, ash-Shaghani, 74

3 اخْتِلاَفُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ
Perbedaan pendapat di kalangan ummatku adalah rahmat.

Hadis ini Maudlu’.

Hukum ucapan "Sesungguhnya Allah berada di setiap tempat (dimana-mana)


Pertanyaan:
Saya teringat sebuah kisah di salah satu stasiun radio saat salah seorang anak bertanya kepada ayahnya tentang Allah, lalu sang ayah menjawab bahwa Allah berada di setiap tempat (di mana-mana). Pertanyaan yang ingin saya ajukan, "Bagaimana hukum syariat terhadap jawaban yang seperti ini?"
 
Jawaban:
Itu adalah jawaban yang batil dan termasuk ucapan ahli bid'ah seperti Jahmiyyah, Mu'tazilah dan orang yang sejalan dengan madzhab mereka.
Jawaban yang tepat dan sesuai dengan manhaj Ahlussunnah wal Jamaah adalah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala berada di langit, di Arasy, di atas seluruh makhlukNya dan ilmuNya meliputi semua tempat sebagaimana yang didukung oleh ayat-ayat al-Qur'an, hadits-hadits Nabi dan ijma' ulama Salaf. Di dalam al-Qur'an, Allah berfirman,
"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy." (Al-A'raf: 54).
Hal ini ditegaskan oleh Allah dengan mengulang-ulangnya dalam enam ayat yang lain di dalam kitabNya.
Makna istiwa' menurut Ahlussunnah adalah tinggi dan naik di atas Arasy sesuai dengan keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala , tidak ada yang mengetahui caranya selainNya. Hal ini sebagaimana ucapan Imam Malik ketika ditanya tentang hal itu,

اَلاِسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَالْكَيْفُ مَجْهُوْلٌ، وَاْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسَّؤُالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ
"(Yang namanya) Istiwa' itu sudah dimaklumi sedangkan caranya tidak diketahui, beriman dengannya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid'ah."
Yang dimaksud oleh beliau adalah bertanya tentang bagaimana caranya. Ucapan semakna berasal pula dari syaikh beliau, Rabiah bin Abdurrahman. Demikian juga sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah. Ucapan semacam ini adalah pendapat seluruh Ahlussunnah; para sahabat dan para tokoh ulama Islam setelah mereka.
Allah telah menginformasikan dalam ayat-ayat yang lain bahwa Dia berada di langit dan di ketinggian, seperti dalam firman-firmanNya,
"Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar." (Ghafir: 12).
"KepadaNyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkanNya." ( Fathir: 10).
"Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar." (Al-Baqarah: 255).
"Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatanKu." (Al-Mulk: 16-17).
Allah telah menjelaskan secara gamblang dalam banyak ayat di dalam kitabNya yang mulia bahwa Dia berada di langit, di ketinggian dan hal ini selaras dengan indikasi ayat-ayat seputar 'istiwa''.
Dengan demikian, diketahui bahwa perkataan ahli bid'ah bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala berada di setiap tempat (di mana-mana) tidak lain adalah sebatil-batil perkataan. Ini pada hakikatnya adalah madzhab 'al-Hulul' (semacam reinkarnasi-penj.) yang diada-adakan dan sesat bahkan merupakan kekufuran dan pendustaan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta pendustaan terhadap RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam di mana secara shahih bersumber dari beliau menyatakan bahwa Rabbnya berada di langit, seperti sabda beliau,

أَلاَ تَأْمَنُوْنِيْ وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِي السَّمَاءِ؟
"Tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku ini adalah amin (orang kepercayaan) Dzat Yang berada di langit?" (Shahih al-Bukhari, kitab al-Maghazi, no. 4351; Shahih Muslim, kitab az-Zakah, no. 144, 1064).
Demikian pula yang terdapat di dalam hadits-hadits tentang Isra' dan Mi'raj serta selainnya.
Rujukan:
Majalah ad-Da'wah, vol.1288, Fatwa Syaikh Ibnu Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, penerbit Darul Haq.

Friday 11 November 2011

Aku Adalah Orang Yang Paling Bahagia Sedunia

   
     Bismillah walhamdulillah,sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluarga dan para sahabatnya.
     Hari ini,tepatnya tanggal 10 November yaitu selepas kepulanganku dari Madinah.Aku adalah orang yang paling bahagia sedunia.Betapa tidak,hal yang didamba-dambakan,hal yang diimpi-impikan oleh kaum Muslimin seluruh dunia (termasuk juga aku),aku telah mendapatkannya,aku telah mengerjakannya yaitu ibadah Hajji.
    Biar susah payah sungguh,mengingat-Mu penuh seluruh (bait syair Chairil Anwar).Seperti itulah perasaanku saat ini.Sepuluh hari penuh,alhamdulillah semuanya selesai tepat pada waktunya,tidak ada hambatan dan halangan  yang berarti.Tiga juta manusia lebih berkumpul di satu waktu di satu tempat,MasyaAllah tak terbayang olehku....



    Dengan ilmu,do'a dan perjuangan yang tiada henti Allah memanggilku,mengijabahi untuk berHajj ke Rumah-Nya di Bakkah/Makkah disitulah Qiblat seluruh kaum muslimin sedunia.
Ya Allah...Semoga Mabrur Hajji yang kujalani.Imam Ibnu Katsir berkata:"Amal ibadah akan diterima bila memenuhi 2 Syarat,yaitu:
 1.Ihlas kerana Allah
 2.Sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
   Jika tidak memenuhi kedua syarat tersebut maka amalnya tidak diterima.Misalnya yang dikerjakan ihlas karena Allah tapi tidak sesuai dengan sunnah maka tidak diterima,begitu pula sebaliknya amal yang dikerjakan sesuai dengan sunnah tapi tidak ihlas karena Allah,maka amalan itu pun tertolak Jadi amalan akan diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat tersebut."
Satu niat berjuta harapan,berjuta permohonan.
 Puji Syukur kepada Allah tak terhingga.Alhamdulillah......

Monday 31 October 2011

ANTARA TAQLID DAN ITTIBA'





Berikut kita perhatikan peryataan para Imam Mazhab.



1 - أبو حنيفة رحمه الله



فأولهم الإمام أبو حنيفة النعمان بن ثابت رحمه الله وقد روي عنه أصحابه أقوالا شتى وعبارات متنوعة كلها تؤدي إلى شيء واحد وهو وجوب الأخذ بالحديث وترك تقليد آراء الأئمة المخالفة لها :

1 - ( إذا صح الحديث فهو مذهبي ) . ( ابن عابدين في " الحاشية " 1 / 63 )

2 - ( لا يحل لأحد أن يأخذ بقولنا ما لم يعلم من أين أخذناه ) . ( ابن عابدين في " حاشيته على البحر الرائق " 6 / 293 )

وفي رواية : ( حرام على من لم يعرف دليلي أن يفتي بكلامي )

زاد في رواية : ( فإننا بشر نقول القول اليوم ونرجع عنه غدا )

وفي أخرى : ( ويحك يا يعقوب ( هو أبو يوسف ) لا تكتب كل ماتسمع مني فإني قد أرى الرأي اليوم وأتركه غدا وأرى الرأي غدا وأتركه بعد غد )

3- ( إذا قلت قولا يخالف كتاب الله تعالى وخبر الرسول صلى الله عليه وسلم فاتركوا قولي ) . ( الفلاني في الإيقاظ ص 50 )





Abu Hanifah ( Mazhab Hanafi )

Saturday 29 October 2011

Beberapa Kesalahan Dilakukan Oleh Jamaah Haji


Pertama : Beberapa Kesalahan Dalam Ihram

Melewati miqat dari tempatnya tanpa berihram dari miqat tersebut, sehingga sampai di Jeddah atau tempat lain di daerah miqat, kemudian melakukan ihram dari tempat itu. Hal ini menyalahi perintah Rasul صلی الله عليه وسلم yang mengharuskan setiap jama'ah haji agar berihram dari miqat yang dilaluinya.

Maka bagi yang melakukan hal tersebut, agar kembali ke miqat yang dilaluinya tadi, dan berihram dari miqat itu kalau memang memungkinkan. Jika tidak mungkin, maka ia wajib membayar fidyah dengan menyembelih binatang kurban di Mekkah dan memberikan keseluruhannya kepada orang-orang fakir. Ketentuan tersebut berlaku bagi yang datang lewat udara, darat maupun laut.

Jika tidak melintasi salah satu dari kelima miqat yang sudah maklum itu, maka ia dapat berihram dari tempat yang sejajar dengan miqat pertama yang dilaluinya.

Kedua : Beberapa Kesalahan Dalam Tawaf

[1] Memulai tawaf sebelum Hajar Aswad, sedang yang wajib haruslah dimulai dari Hajar Aswad.

[2] Tawaf didalam Hijr Ismail. Karena yang demikian itu berarti ia tidak mengelilingi seluruh Ka'bah, tapi hanya sebagiannya saja, karena Hijir Ismail itu termasuk Ka'bah. Maka dengan demikian Tawafnya tidak sah (batal).

[3] Ramal (berjalan cepat) pada seluruh putaran yang tujuh. Padahal ramal itu hanya dilakukan pada tiga putaran pertama, dan itupun tertentu dalam tawaf Qudum saja.

[4] Berdesak-desakan untuk dapat mencium Hajar Aswad, dan kadang-kadang sampai pukul-memukul dan saling mencaci-maki. Hal itu tidak boleh, karena dapat menyakiti sesama muslim disamping memaki dan memukul antar sesama muslim itu dilarang kecuali dengan jalan yang dibenarkan oleh Agama. Tidak mencium Hajar Aswad sebenarnya tidak membatalkan Tawaf, bahkan Tawafnya tetap dinilai sah sekalipun tidak menciumnya. Maka cukuplah dengan berisyarat (mengacungkan tangan) dan bertakbir disaat berada sejajar dengan Hajar Aswad, walaupun dari jauh.

Antara Adat dan Ibadah (Kitab Usulul Bid'ah Syeikh Ali bin Hasan Al-Halabi)


Ini adalah sub kajian yang sangat penting yang membantah anggapan orang yang dangkal akal dan ilmunya, jika bid’ah atau ibadah yang mereka buat diingkari dan dikritik, sedang mereka mengira melakukan kebaikan, maka mereka menjawab : “Demikian ini bid’ah ! Kalau begitu, mobil bid’ah, listrik bid’ah, dan jam bid’ah!”

Sebagian orang yang memperoleh sedikit  dari ilmu fiqih terkadang merasa lebih pandai daripada ulama Ahli Sunnah dan orang-orang yang mengikuti As-Sunnah dengan mengatakan kepada mereka sebagai pengingkaran atas teguran mereka yang mengatakan bahwa amal yang baru yang dia lakukan itu bid’ah seraya dia menyatakan bahwa “asal segala sesuatu adalah diperbolehkan”.

Tuesday 25 October 2011

Hadits Seputar Penciptaan Adam


Beberapa hadits Seputar penciptaan Adam 'Alaihissalam
.Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa,dari  Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang berasal dari seluruh penjuru bumi.Oleh karena itu keturunan Adam lahir sesuai kandungan bumi,ada yang putih,merah,hitam dan ada yang campuran diantara semua.Ada yang  buruk,ada yang baik,ada yang mudah,ada yang sulit dan ada yang diantara itu."(HR Ahmad,di shahihkan AL-Albani)
.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Ketika Allah meniupkan ruh pada Adam,dan ketika ruh itu telah sampai di kepala,Adam bersin,lalu dia mengucap,"Alhamdulillahi Rabbil 'alamin"maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berkata kepadanya,"Yarhamukallah".(HR Ibnu Hibban,dishahihkan Al-Albani)

Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

Thursday 20 October 2011

TATA CARA DAN ADAB MAKAN SESUAI SUNNAH


TATA CARA MAKAN
1.Memulainya dengan Bismillah dan menyudahinya dengan alhamdulillah

Diriwayatkan dari Aisyah r.anha ia berkata:"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:"Apabila salah seorang diantara kamu makan,maka sebutlah nama Allah Azza wa Jalla.Jika ia lupa menyebut nama Allah ketika memulai makan,maka ucapkanlah:"Dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan akhirnya."(HR Abu Dawud:3767 Dan Tirmidzi:1858 dan ia berkata,"Hadits ini hasan".)

Diriwayatkan dari Jabir ra,ia berkata:"Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Apabila seseorang masuk rumah kemudian menyebut nama Allah Azza Wa  Jalla sewaktu ia masuk ke dalam  rumahnya dan sewaktu ia makan,maka syaitan berkata kepada teman-temannya,"Kamu tidak ada tempat untuk singgah (didalamnya) dan tidak ada jatah makan."Dan apabila ia masuk kedalam rumahnya ia tidak menyebut nama Allah SWT,maka syaitan berkata,"Kamu dapat tinggal".Dan apabila ia tidak menyebut nama Allah ketika makan,maka syaitan berkata,"Kamu dapat tempat tinggal dan jatah makan."(HR Muslim:2018)

Diriwayatkn dari Umayyah bin Makhsyi  Ash Shahaby ra,ia berkata,"Pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk dan (di depannya) ada seseorang  yang  sedang makan dan tidak meyebut nama  Allah,sampai tidak ada yang tersisa dari makanannya kecuali tinggal satu suap.Ketika ia mengangkat makanan itu ke mulutnya,beliau bersabda:"Ucapkanlah dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan akhirnya."Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tertawa,lalu bersabda:"Syaitan akan terus ikut makan bersamanya.Namun ketika ia menyebut nama Allah,maka syaitan akan memuntahkan makanan yang ada dalam perutnya."(HR Abu Dawud:3768 dan Nasa'I dalam sunan Kubra:10113 dan di shahihkan Albani)

Diriwayatkan dari Abu Umamah ra,bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengangkat hidangannya (setelah makan) beliau mengucapkan:"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak,baik dan penuh berkah yang  tiada batas dan sangat dibutuhkan,ya Tuhan kami."(HR Bukhari:5458)

Diriwayatkan dari Muadz bin Anas ra,ia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:"Apabila seseorang telah selesai makan maka ucapkanlah:"Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini kepadaku,dan telah mengaruniakan rizki ini dengan tiada daya dan kekuatan dari diriku,"maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni."(HR Abu Dawud:4032 dan Tirmidzi:3458 ia berkata,"Hadits ini hasan")


Tuesday 18 October 2011

WANITA


Wanita


1. Wanita adalah belahan separo (yang sama) dengan pria. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

2. Jihadnya kaum wanita ialah haji dan umroh. (HR. Ahmad)

3. Diperlihatkan kepadaku neraka kebanyakan penghuninya kaum wanita karena kekufuran mereka. Para sahabat bertanya, "Apakah mereka kufur kepada Allah?" Nabi Saw menjawab, "Mereka mengkufuri pergaulan dan kebajikan (kebaikan). Apabila kamu berbuat ihsan kepada seorang dari mereka sepanjang umur lalu dia mengalami sesuatu yang tidak menyenangkannya dia akan berkata, "Kamu belum pernah berbuat baik kepadaku." (HR. Bukhari)

4. Wahai kaum wanita,

SUJUD TILAWAH (SUJUD AL-QUR'AN)


556. Abdullah bin Mas'ud r.a. berkata, "(Surah Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan yang di dalamnya terdapat ayat sajdah ialah surah an-Najm, maka 6/52) Nabi membaca surah an-Najm di Mekah, kemudian beliau sujud. Maka, sujud pula orang yang bersama beliau dari kaum itu selain orangtua yang mengambil segenggam kerikil atau debu lalu diangkat ke dahinya. Kemudian orangtua itu sujud di atasnya seraya berkata, 'Ini cukup bagiku.' Maka, sungguh saya melihat sesudah itu ia dibunuh dalam keadaan kafir (kepada Allah 4/239, dan ia adalah Umayyah bin Khalaf)."
Bab Ke-1: Sujud dalam Surah Tanzil as-Sajdah

Saturday 15 October 2011

Bab.Talak (Shahih Muslim)


Kitab Talak



1. Haram menceraikan wanita yang sedang haid tanpa redanya. Jika suami melanggar, talak tetap terjadi (sah) namun ia diperintahkan merujuknya kembali
  • Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
    Bahwa Ia menceraikan istrinya dalam keadaan haid pada masa Rasulullah saw. Lalu Umar bin Khathab menanyakan kejadian tersebut kepada Rasulullah saw., beliau menjawab kepada Umar: Perintahkanlah ia untuk merujuknya kembali kemudian biarkanlah sampai ia suci, lalu haid lagi, kemudian suci lagi. Kemudian setelah itu kalau ingin ia dapat menahannya, dan kalau ingin (menceraikan) ia juga dapat menceraikannya sebelum menyentuhnya. Itulah masa idah yang diperintahkan oleh Allah Taala bagi wanita yang diceraikan. (Shahih Muslim No.2675)
2. Wajib membayar kafarat bagi orang yang mengharamkan istrinya namun ia tidak berniat mentalak
  • Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
    Bahwa ia pernah berkata tentang masalah orang yang mengharamkan istrinya, maka hal itu merupakan sumpah yang harus ia bayar kafaratnya. Selanjutnya Ibnu Abbas berkata: Sesungguhnya bagi kamu dalam diri Rasulullah saw. itu telah ada suri teladan yang baik. (Shahih Muslim No.2692)
  • Hadis riwayat Aisyah ra.:

Sumpah Li'an (Shahih Muslim)


Kitab Sumpah Li`an


  • Hadis riwayat Sahal bin Sa`ad As-Saidi ra.:
    Bahwa Uwaimir Al-`Ajlani datang menemui `Ashim bin Adi Al-Anshari, ia berkata kepadanya: Wahai `Ashim, apakah pendapatmu seandainya seorang suami mendapati lelaki lain sedang bersama istrinya, apakah ia boleh membunuhnya kemudian kamu akan membunuhnya lagi (kisas)? Atau apakah yang harus ia perbuat? Tolonglah tanyakan hal itu kepada Rasulullah wahai `Ashim! Kemudian `Ashim menanyakan perihal itu kepada Rasulullah saw. Namun beliau tidak menyukai sekaligus mencela pertanyaan semacam itu, sehingga `Ashim merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya mendengar jawaban Rasulullah saw. Ketika `Ashim kembali ke keluarganya, datanglah Uwaimir menemuinya dan bertanya: Wahai `Ashim, apakah yang disabdakan Rasulullah saw. kepadamu? `Ashim berkata kepada Uwaimir: Tidak ada kabar baik, Rasulullah saw. tidak menyukai permasalahan yang aku tanyakan. Uwaimir berkata: Demi Allah, aku tidak akan berhenti kecuali setelah menanyakannya langsung kepada beliau. Maka berangkatlah Uwaimir menemui Rasulullah saw. yang saat itu sedang berada di tengah-tengah orang banyak. Lalu ia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana menurut pendapatmu jika ada seorang suami mendapati lelaki lain bersama istrinya, apakah ia boleh membunuhnya kemudian kamu sekalian akan membunuhnya juga (kisas)? Atau apakah yang harus dia lakukan? Rasulullah saw. bersabda: Telah turun wahyu mengenai urusanmu dan istrimu, pergilah dan datangkanlah istrimu kemari! Sahal berkata: Mereka berdua lalu melakukan sumpah li`an sedangkan berikut orang-orang yang lain masih berada di dekat Rasulullah saw. Setelah keduanya selesai bersumpah li`an, Uwaimir berkata: Aku telah berdusta kepadanya, wahai Rasulullah, jika aku terus menahannya. Maka akhirnya Uwaimir menceraikan istrinya dengan talak tiga sebelum Rasulullah saw. menyuruhnya. (Shahih Muslim No.2741)
  • Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

KEUTAMAAN MADINAH




Bab 1: Kesucian Kota Madinah

901. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Madinah itu haram (tanah suci) dari ini sampai ini, tidak boleh dipotong (ditebang) pohonnya, dan tidak boleh dilakukan bid'ah di dalamnya. Barangsiapa yang membuat bid'ah (atau melindungi orang yang berbuat bid'ah) di dalamnya, maka ia terkena laknat Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya."

902. Abu Hurairah r.a. berkata, "Seandainya saya melihat biawak memakan rumput di Madinah, niscaya saya tidak akan menghardiknya." Nabi saw. bersabda, "Apa yang ada di antara dua batu hitam (tanda pembatas) Madinah itu diharamkan lewat lisanku." (Dalam satu riwayat: "Apa yang ada di antara dua batu hitam Madinah adalah haram.") Abu Hurairah berkata, "Nabi mendatangi bani Haritsah, lalu beliau bersabda, "Saya kira kalian wahai bani Haritsah, telah keluar dari Tanah Haram." Kemudian beliau berpaling dan bersabda, "Namun, kalian masih ada di Tanah Haram."

Bab 2: Keutamaan Madinah dan Bahwa Madinah Itu Melenyapkan Manusia yang Buruk-Buruk